Selamat datang di Undo Copas Blog, Jika berkenan mohon isi buku tamu. Terima kasih.

MENJAGA BUMI

MENJAGA BUMI
3 Agustus 2012

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Hari-hari yang kita lalui, jum'at yang satu ke jum'at lainnya,  termasuk jum'at yang lalu ke jum'at  hari  ini merupakan waktu yang tak pernah lepas dari  nikmat  Allah SWT.  Sementara bumi  yang kita tempati  adalah tempat  paling indah di dunia ini. Dan tidak pernah ada duanya,  sampai  ketika kita atas  izin Allah dimasukkan ke dalam surga.  Tempat  terindah yang keindahannya  tidak bisa dibaca oleh lintasan pikiran dan imajinasi manusia.

Nikmat bumi adalah nikmat besar. Bayangkan saja jika Allah SWT menarik lapisan atmosfir  yang ada di atas bumi.  Pastilah dalam sekejap matahari  akan membakar seluruh  makhluk  yang  ada  di  atas  bumi.  Dan  kemudian  bumi  itu  ikut  terbakar karenanya. Atau bayangkan seandainya polusi yang dilakukan manusia terus terjadi dalam skala yang berlipat  ganda,  lalu lapisan karbondioksida menutup langit  kita. Bumi  tidak  akan  sehangat  sekarang,  yang  datang  kemudian  adalah  dingin  yang menghancurkan. Bahkan sebelum itu, manusia akan lebih dulu mengalami kematian karena udara kotor yang sangat akut telah dihirup dalam kesehariannya.

Maka nikmat bumi adalah nikmat  yang harus kita syukuri.  Dan Islam,  sebenarnya memiliki  perangkat-perangkat  untuk  mensyukurinya,  sekaligus  sebagai  upaya menjaga bumi ini.

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Hari ini kita telah mendapati kerusakan bumi  yang cukup hebat.  Pada 28 Februari 2008 yang lalu, para peneliti menyebutkan bahwa lapisan es di semenanjung Wilkins di  Antartika,  yang  selama  ini  merupakan  lapisan  es  abadi  sudah  mulai  mencair dengan kecepatan yang sangat mengejutkan. Tentu saja berita ini mengejutkan dunia. Namun yang lebih penting, pencairan es abadi  ini,  menurut  penelitian itu, terjadi akibat  pemanasan  global.  Kekhawatiran  yang  kemudian  muncul  adalah tenggelamnya pulau-pulau kecil jika kondisi ini dibiarkan.

Di  negeri  kita,  bencana  demi  bencana  juga  terjadi.  Yang  semula  mungkin  tidak pernah  terpikirkan.  Saat  kemarau,  maka  yang  datang  adalah  kemarau  panjang. Akibatnya,  air  sulit  dicari,  pertanian gagal  panen, dan sebagainya.  Sementara jika hujan,  seringkali  yang  dirasakan  bukan  hujan  sebagai  rahmat,  tetapi  hujan  yang membawa banjir.

Kerusakan laut juga luar  biasa.  Jumlah ikan menjadi berkurang cukup signifikan. Bahkan beberapa jenis ikan sudah punah. Data terbaru menunjukkan di tingkat dunia 77 persen dari 441 spesies ikan sudah diambang kepunahan.

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah SWT,
Allah SWT mengingatkan tentang fenomena semacam ini melalui firman-Nya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan  mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)

Melalui  ayat  ini  Allah  SWT menegaskan  bahwa  kerusakan  bumi  baik  di  darat maupun di laut, adalah karena ulah manusia. Kesalahan manusia. Dan kerusakan itu tidak akan bisa dihentikan kecuali jika manusia menyadari kesalahannya kemudian melakukan perbaikan.

Ketika  menafsirkan  ayat  ini  Imam Asy-Syaukani  mengatakan,  "(Dalam ayat  ini) Allah menjelaskan menjelaskan bahwa perbuatan syirik dan maksiat  adalah sebab timbulnya (berbagai) kerusakan di alam semesta."

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman dalam bentuk nahy (larangan) agar manusia tidak berbuat kerusakan:
Dan  janganlah  kamu  membuat  kerusakan  di  muka  bumi,  sesudah  (Allah)  memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)  dan harapan (akan dikabulkan).  Sesungguhnya rahmat  Allah amat  dekat  kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raf : 56)

Ibnu  Qayyim mengatakan,  "Mayoritas  ahli  tafsir  mengatakan,  janganlah  kamu berbuat  kerusakan di muka bumi  dengan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan mengajak ketaatan kepada selain Allah Azza wa Jalla setelah Allah Azza wa Jalla memperbaikinya  dengan  mengutus  para  Rasul  dan  menerangkan  syariat  serta mengajak  supaya  taat  kepada  Allah  Azza  wa  Jalla.  Karena  sesungguhnya menyembah selain Allah, berdoa kepada selain-Nya dan melakukan perbuatan syirik kepada-Nya adalah kerusakan paling besar di muka bumi. Bahkan kerusakan bumi pada  hakikatnya  hanyalah  disebabkan  oleh  syirik  kepada  Allah  dan  menyalahi perintah-Nya."

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,
Jadi  penyebab  rusaknya  bumi  dan  berbaga  bencana  yang  menimpa  itu  bisa diklasifikasikan  menjadi  dua.  Pertama  adalah  penyebab  tidak  langsung,  kedua penyebab langsung.

Penyebab tidak langsung adalah seperti yang dikatakan Ibnu Qayyim dan Imam Asy-Syaukani saat  menjelaskan ayat-ayat  tentang kerusakan bumi.  Yaitu syirik kepada Allah dan maksiat kepada-Nya.

Mungkin  kita  akan  bertanya:  bagaimana  mungkin  syirik  kepada  Allah  dan bermaksiat  kepada-Nya,  misalnya  meninggalkan shalat  dan melakukan zina,  bisa membuat  bumi  menjadi  rusak?  Jawabannya  adalah  karena  Allah  SWT  yang menciptakan bumi  ini dan telah menggariskan hukumnya.  Ia telah berjanji  bahwa rezeki akan dibukakan kepada siapa yang beriman dan bertaqwa,  sebaliknya,  jika manusia  durhaka  kepada  Allah  SWT  maka  yang  didatangkan  adalah  siksa diantaranya berupa bencana alam dan musibah demi musibah.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri  beriman dan bertakwa,  pastilah Kami  akan  melimpahkan  kepada  mereka  berkah  dari  langit  dan  bumi,  tetapi  mereka  mendustakan  (ayat-ayat  Kami)  itu,  maka  Kami  siksa  mereka  disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf : 96)

Ibnu  Qayyim  rahimahullah  mengatakan,  "Diantara  pengaruh  buruk  perbuatan maksiat terhadap bumi adalah banyak terjadi gempa dan longsor di muka bumi serta terhapusnya  berkah.  Rasulullah  SAW pernah  melewati  kaum  Tsamud,  beliau melarang para sahabat melewati kampung tersebut kecuali dengan menangis. Beliau juga  melarang  mereka  meminum  airnya,  menimba  sumurnya,  hingga  beliau memerintahkan agar menggunakan air yang mereka bawa untuk mengadon gandum. Karena  maksiat  kaum tsamud  ini  telah  mempengaruhi  air  di  sana.  Sebagaimana halnya pengaruh dosa yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen buah-buahan."

Di  samping  itu,  bumi  dan  segenap  unsur  di  dalamnya,  baik  itu  gunung,  lautan, pepohonan dan binatang adalah makhluk yang tunduk pada Allah. Mereka semua Islam,  tunduk  kepada  Allah.  Mereka  juga  menjadi  sayang  jika  manusia  tunduk kepada Allah,  namun jika manusia bermaksiat,  mereka benci.  Maka jika seorang yang ahli  maksiat  meninggal,  maka bumi,  pepohonan dan binatang terlepas  dari kerusakan yang diakibatkan oleh maksiatnya.

(Kematian)  seorang hamba yang fajir  (ahli  maksiat)  akan  menjadikan manusia,  negeri, pepohonan dan binatang terlepas (dari kerusakan akibat maksiatnya). (HR. Bukhari dan Muslim)

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,
Penyebab kedua adalah penyebab langsung. Yakni aktifitas-aktifitas yang dampak atau akibatnya bisa langsung diamati  dan dibuktikan secara indrawi  berefek pada kerusakan bumi.  Sebenarnya kategori  ini juga masih masuk dalam ungkapan Ibnu Qayyim dan Imam Syaukani  serta para  mufassirin yakni  maksiat.  Hanya saja ini adalah maksiat khusus yang merupakan pelanggaran terhadap hubungan baik dengan alam (hablum minal alam).

Salah  satu  contohnya  adalah  menebang  hutan  secara  liar.  Sehingga  jumlah pepohonan semakin sedikit. Lahan hijau semakin sempit. Akhirnya udara yang sudah sedemikian tercemar tidak bisa dibersihkan atau dinetralisir.

Sementara Islam justru memotivasi  umatnya untuk gemar  menanam pohon. Tidak hanya kebaikan dunia yang akan diperolehnya, tetap juga pahala di akhirat.
Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang  memakan  dari  pohon  tersebut,  niscaya  akan  dituliskan  baginya  sebagai  pahala  sedekah. (HR. Bukhari)

Dalam hal ini,  Imam Qurthubi bahkan menjelaskan tentang hukum fardhu kifayah bagi kaum muslimin untuk menanam pohon, dan perlu memerintahkan rakyatnya. "Bercocok  tanam termasuk  fardhu  kifayah.  Pemerintah  berkewajiban  mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan yang semakna dengan itu, termasuk menanam pohon."

Betapa pentingnya  menanam pohon atau reboisasi  ini,  sampai-sampai  disebutkan dalam satu hadits agar seorang muslim tetap melanjutkan menanam pohon meskipun kiamat tiba, sementara sudah ada benih yang siap ditanam.
“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon  korma;  jika  ia  mampu  untuk  tidak  berdiri  sampai  ia  menanamnya,  maka lakukanlah”. (HR. Ahmad dan Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shahihah)

Islam juga melarang pencemaran. Dalam hadits disebutkan pencemaran air, seperti larangan kencing di air yang diam. Masa itu memang belum ada pencemaran udara. Tetapi dari larangan ini bisa diqiyaskan bahwa pencemaran udara juga dilarang. Demikianlah, penyebab kerusakan itu harus kita hindari  untuk menjaga bumi  kita dan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

Created By UC - Blog Sederhana